Rak Buku Femmy

Archive for the ‘post’ Category

Naturalisasi terjadi ketika teks bahasa sumber mengandung konsep yang berasal dari bahasa sasaran. Jika seorang asing menulis artikel tentang Indonesia dalam bahasa Inggris, dan kita harus menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, kita harus waspada tentang konsep-konsep khas Indonesia di dalamnya dan tentunya kita harus menggunakan istilah Indonesianya, bukan terjemahan harfiah dari bahasa Inggrisnya. Misalnya, rice field tentunya diterjemahkan menjadi sawah atau huma, bukan ladang beras 🙂

Baru-baru ini saya menemukan kalimat berikut: "She would wake to the khoja‘s dawn prayer call, rallying their Muslim neighbors to devotions."

Jika diterjemahkan tanpa konteks keislaman, kalimat ini mungkin menjadi "Dia pun terbangun akibat panggilan doa subuh khoja, mengumpulkan tetangganya untuk ibadah."

Dengan naturalisasi, memanfaatkan peristilahan keislaman yang sudah umum dikenal di Indonesia, kalimat ini dapat diterjemahkan menjadi "Dia pun terbangun oleh azan subuh dari muazin, yang memanggil tetangga Muslimnya untuk mendirikan shalat."

* Diambil dari blog Catatan Penerjemahan

Dalam pembahasan tentang rujukan (hlm. 181-186) di bukunya, In Other Words, Mona Baker menyebutkan bahwa setiap bahasa memiliki pola rujukan yang berbeda-beda. Dalam bahasa yang satu, mungkin cukup menyebutkan nama seseorang satu kali, lalu dalam teks selanjutnya merujuknya dengan kata ganti orang sampai berhalaman-halaman kemudian. Pembaca dalam bahasa itu sudah langsung mengerti siapa yang dimaksud. Namun, ada pula bahasa lain yang harus lebih sering mengulang nama yang dimaksud untuk mengingatkan pembaca.

Dalam penerjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kata he dan she. Kita tidak bisa selalu menerjemahkan kedua kata ini menjadi dia saja, tetapi kadang-kadang harus menggantinya dengan nama tokoh agar rujukannya menjadi jelas. Agar terjemahan tidak terlalu sering mengulang nama, kita bisa juga memanfaatkan kata lain untuk menggantikan rujukan, misalnya:

* Identitas tokoh: gadis itu, si orang tua, kedua orang itu
* Pekerjaan tokoh: sang raja, si pengacara, pencuri itu
* Hubungan antara tokoh: suaminya, anaknya, atasannya, temannya

Kita tidak perlu khawatir bahwa kita tidak mengikuti perujukan dalam bahasa Inggris secara persis. Toh seperti kata teori, setiap bahasa memiliki pola perujukannya masing-masing. Yang penting adalah terjemahan yang dihasilkan jelas dan enak dibaca.

Contoh:
After her father’s death, Mosca‘s eyes had at least earned her a roof over her head. Her uncle, the older brother of her dead mother, was glad to have someone to take care of his accounts and letters. His niece was useful but not trusted, and every night he locked her in the mill with the account book to keep her out of trouble. This evening he had turned the key upon her as usual, without knowing that he was doing so for the very last time. He was now snoring like an accordion amid sweet dreams of grist and fine grain, with no inkling that his niece was loose yet again and embarked upon a desperate mission.

Setelah kematian ayahnya, setidaknya Mosca memperoleh tempat menumpang hidup berkat matanya itu. Pamannya, kakak mendiang ibunya, senang ada yang mampu menangani pembukuan dan surat-menyurat untuknya. Ia menganggap keponakannya itu bermanfaat, tetapi tak boleh dipercaya. Maka, setiap malam ia mengurung Mosca di penggilingan bersama buku pembukuan agar anak itu tidak menimbulkan masalah. Malam ini ia mengunci pintu dan mengurung keponakannya seperti biasa, tanpa mengetahui bahwa itulah terakhir kali ia melakukan itu. Kini ia sedang mendengkur bak akordeon sambil bermimpi indah tentang bulir halus dan serbuk gilingan, tak tahu-menahu bahwa anak itu lagi-lagi berkeliaran dan tengah mengemban sebuah misi nekat.

* Dari blog Catatan Penerjemahan


Tell adalah kata yang umum, dan barangkali paling mudah diterjemahkan menjadi mengatakan atau bilang. “A tells B” diterjemahkan menjadi “A mengatakan kepada B”.

Namun, kata ini sebenarnya memiliki makna yang beragam. Misalnya, situs The Free Dictionary mencantumkan sebelas makna, sedangkan Kamus Inggris-Indonesia Echols-Shadily mencantumkan tujuh padanan Indonesianya.

Berikut ini beberapa contoh penerjemahan kata tell yang sering saya temui (tidak mencakup semua definisi yang ada di kamus).

* She told her mother all about her experience during her trip to Italy.
* Dia menceritakan seluruh pengalamannya bepergian ke Italia kepada ibunya.

* He told his wife that a friend is coming for dinner that night.
* Dia memberi tahu istrinya bahwa ada teman yang akan ikut bersantap malam nanti.

* Mother told me to deliver this letter.
* Ibu menyuruhku mengantarkan surat ini.

* My father told me not to smoke.
* Ayahku melarangku merokok.

* I could tell from the way she smiles all day that her date went well last night.
* Karena dia tersenyum sepanjang hari, aku tahu kencannya tadi malam berjalan lancar.

* I can’t tell the twins apart.
* Aku tidak bisa membedakan si kembar.

* I tell you, he’s the thief!
* Percayalah, dialah pencurinya!

Dari blog Catatan Penerjemahan

Desember

29:
Meminang Bidadari, Asma Nadia & Birulaut ***

28:
Cinta Tak Terlerai, Jonru **1/2

27:
Shaman’s Crossing, Robin Hobb **1/2

11:
Dragon Haven, Robin Hobb ****

7:
The Book of Lost Things, John Connolly **1/2

November

26:
Here on Earth, Alice Hoffman *

22:
The Way of Kings, Brandon Sanderson ****

8:
Towers of Midnight, Robert Jordan & Brandon Sanderson ****

Oktober

28:
The Born Queen, Greg Keyes ***

17:
The Blood Knight, Greg Keyes ***

2:
The Charnel Prince, Greg Keyes ****

September

12:
Sebilah Pedang Mustika ***

Agustus

25:
The God of Small Things, Arundhati Roy **** (baca ulang)

Juli
10:
The Way of Shadows, Brent Weeks **1/2

Juni

25:
The Kite Runner, Khaled Hosseini *** (baca ulang)

3:
The Virgin Blue, Tracy Chevalier **

Mei
27:
Songmaster, Orson Scott Card ***

21:
Emma, Jane Austen ****

April

27:
Eats, Shoots and Leaves, Lynne Truss ***

20:
The Help, Kathryn Stockett *****

17:
Dragon Keeper, Robin Hobb ***

3:
Friends, Lovers, and Chocolate, Alexander McCall Smith ***

1:
Alvin Journeyman, Orson Scott Card ****

Maret

26:
The Blade Itself, Joe Abercrombie ****

Februari

20:
The Loneliest Magician, Irene Radford **1/2

16:
The Eyes of the Dragon, Stephen King ***1/2

5:
Room, Emma Donnoghue ****

2:
The Perfect Princess, Irene Radford **1/2

Januari

14:
The Glass Dragon, Irene Radford ***


Tema minggu ini adalah Grand Ole Opry, acara radio yang menyiarkan lagu country. Aku suka banget genre ini, tertular ayahku yang menggemarinya dan sering memutar lagunya, termasuk album Randy Travis, mentor untuk minggu ini. Lagu country mengandalkan melodi bagus dan lirik membumi, jadi biasanya enak didengar.

Ada

empat penyanyi yang penampilannya kusukai. Dua yang paling bagus adalah Kris Allen (“To Make You Feel My Love�, Bob Dylan) dan Anoop Desai (“Always On My Mind�, Willie Nelson). Keduanya bernyanyi dengan sederhana, tidak banyak

gaya

, sehingga terdengar begitu tulus dan lembut. Bagus banget deh! Matt Giraud (“So Small�, Carrie Underwood) dan Megan Joy Corkrey (“I Go Walking After Midnight,� Patsy Cline) juga terus menghadirkan

gaya

khas mereka masing-masing, dengan pilihan lagu yang tepat.

Adam Lambert menyanyikan “Ring of Fire� (Johnny Cash) dengan tempo lambat, mengingatkanku pada salah satu peserta di Rockstar INXS (lupa namanya), dengan aransemen agak mirip, setidaknya pada permulaan. Masuk ke bait kedua, gayanya menjadi lebih khas Adam Lambert, tapi sayangnya ngga menjadi lebih baik. Malah jadi aneh, sok seksi tapi tak enak dilihat.

Sisanya, nggak ada yang jelek sih. Semua menyanyi dengan baik, tapi standar. Cukup menarik mendengar versi cowok dari lagu “Jesus Take the Wheel� (Carrie Underwood) yang dibawakan Danny Gokey, tapi tidak istimewa. Lil Rounds (�Independence Day�, Martina McBride) bagus sih, seperti biasa, tapi membosankan. Dia bilang, dia mencoba ngga terlalu nge-R&B untuk menunjukkan bahwa dia bisa menyanyikan lagu genre lain, tapi eksperimen ini gagal. Suaranya dan

gaya

musiknya nggak cocok. Padahal kalau dia tetap mempertahankan kekhasannya, mungkin bisa lebih bagus. Allison Iraheta.(“Blame It on Your Heart�, Patty Loveless) cukup mantap, tapi kekhasan

gaya

rock-nya kurang keluar, jadi agak karaoke. Michael Sarver (“Ain’t Goin’ Down ‘Til the Sun Comes Up" Garth Brooks) cukup menyenangkan, dan genre ini cukup cocok dengan suaranya, tapi biasa aja. Alexis Grace (“Jolene,â€? Dolly Parton) dan Scott MacIntyre (â€?Wild Angels,â€? Martina McBride) biasa aja.

Perkiraan yang disisihkan besok? Mungkin Alexis, Michael, atau Scott.

Be careful what you wish for, you might just get it. Sudah lama penonton AI (setidaknya yang sering berkomentar di forum AI) berharap bahwa produser lebih banyak meliput peserta yang lolos ke babak semifinal, supaya penonton sudah mengenal setiap orang itu sebelum babak tersebut dimulai. Musim ini, kayaknya hampir semua diliput, tapi akibatnya malah bingung menghafalnya, hehehe. Apa lagi sekarang ada 36 orang semifinalis.

Dari kedua belas peserta yang tampil malam ini, rasanya aku sudah pernah mendengar sebagian besar namanya, tapi ngga ingat sama sekali bagaimana audisi mereka yang pertama atau di

Hollywood

(kecuali Normund Gentle yang kocak, tentunya). Aku berharap ada yang mirip Jason Castro, tidak dikenal sebelum semifinal, tapi begitu tampil langsung mengesankan.

Menurutku, minggu ini lebih bagus daripada minggu lalu, banyak lagu yang berbeda dengan lagu yang biasanya dipilih pada tahap ini. Satu hal lagi, sekarang juri bergiliran berkomentar pertama, urutannya tidak lagi Randy-Kara-Paula-Simon.

Dua cewek pertama, Jasmine Murray ("Love Song," Sara Bareilles) dan Jeanine Vailes (“This Love,� Maroon 5) nggak terlalu bagus, banyak fals. Tapi keempat cewek berikutnya bagus-bagus, sampai-sampai aku nggak bisa memilih mana yang paling kusuka.

Allison Iraheta cukup mantap menyanyikan “Alone� (Heart) dan kenyataan bahwa dia baru 16 tahun mengingatkanku pada Jordin

Sparks

dan Diana DeGarmo, paduan yang sepertinya disukai penonton Amerika, juga juri. Mungkin dia yang bakal jadi Top Girl dari kelompok ini.

Jesse Langseth ("Bette Davis Eyes," Kim Carnes) dan Mishavonna Henson ("Drops of Jupiter," Train) bersuara bagus dan aku suka teknik menyanyi mereka dan lagu yang mereka pilih, tapi aku agak ragu apakah mereka cukup disukai penonton. Sayang sekali kalau mereka ngga lolos, soalnya bagus dan aku ingin mendengar mereka bernyanyi lagi. Mudah-mudahan dapet wild card. Megan Joy Corkrey ("Put Your Records On," Corinne Bailey Rae)), di awal lagu dia lumayan bagus, tapi di bagian belakang menurutku agak teriak-teriak, terlalu bersemangat barangkali tapi jadi mirip orang berkaraoke. Tapi, dia cantik dan gayanya imut, kayaknya bakal banyak yang suka (aku juga suka, hehe). Juri juga memuji-muji.

Dari sisi cowok, jelas Adam Lambert (“Satisfaction,� Rolling Stones) yang paling bagus, jauh di atas cowok lain. Dia begitu nyaman di atas panggung, karena memang sudah lama bekerja di teater musik. Dia juga bisa mengubah-ubah lagu, mengingatkanku pada David Cook dari musim lalu. Sudah hampir pasti dia yang bakal merebut posisi Top Guy dari kelompok ini.

Nick Mitchell ("And I Am Telling You I’m Not Going," Jennifer Holliday). Hahahaha… Kocak banget dah, seperti biasa! Nyanyinya juga lumayan bagus, tapi ngga terlalu cocok untuk AI.

Sisanya standar. Matt Breitzke ("If You Could Only See," Tonic) sebenarnya suaranya mantap, tapi aransemennya nge-rock, ngga cocok untuk dia maupun lagunya. Kris Allen (“Man in the Mirror,� Michael Jackson) lumayan, lagunya juga kusuka, tapi ya ngga istimewa. Matt Giraud di video klipnya ditampilkan audisi Hollywoodnya, menyanyikan “

Georgia

on My Mind,� bagus banget. Sayangnya, penampilan kali ini ("Viva la Vida", Coldplay) ngga menyamai audisi itu. Lagunya ngga cocok sama suaranya, peralihan ke falseto-nya gagal, improvisasi banyak fals. Kai Kalama ("What Becomes of the Brokenhearted," Jimmy Ruffin) yah. Paling jelek di antara cowok, membosankan.

Jadi, siapa yang akan lolos? Kuharapkan Adam Lambert dan dua cewek dari empat yang kusebutkan di atas. Kemungkinan dapet wild card, mudah-mudahan dua cewek sisanya.

Catatan 1: Link pada judul membawa ke resensiku tentang buku tersebut, sedangkan link pada penulis membawa ke situs resmi mereka.

Catatan 2: Bahasa resensi di sini biasanya sama dengan bahasa buku yang dibaca (Inggris atau Indonesia). Untuk buku terjemahan, bahasa yang dipakai tergantung mood saat menulis resensinya, hehe.

Desember

17:
Hafalan Shalat Delisa, tere-liye ****

15:
Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, J.S. Badudu ***

10:
The Unloved, John Saul **

November

14:
Prepare for IELTS: Academic Practice Tests, Penny Cameron and Vanessa Todd ****

2:
Istana Kedua, Asma Nadia ***1/2

Oktober

30:
Bahasa Indonesia, J.S. Badudu ***

24:
Snow Falling on Cedars, David Guterson ***

17:
Wolfblade,
Jennifer Fallon **

10:
Putri Kejawen, Novia Syahidah **1/2

8:
The Lovely Bones, Alice Sebold ***

September

10:
Love Walked In,
Marisa de los Santos **1/2

Agustus
19:
Stila-Aria.1: Sahabat Laut,
Sitta Karina **1/2

7:
The Time Traveler’s Wife,
Audrey Niffenegger ***


Juli


28:
The Alelluia Files,
Sharon Shinn ***

13:
Perempuan Suamiku, Izzatul Jannah **

13:
Teori Menerjemah Bahasa Inggris, Rudolf Nababan **

9:
Jovah’s Angel,
Sharon Shinn ****

4:
The Shopaholic & Baby,
Sophie Kinsella ***

Juni

26:
Peng Tjong Hiap Eng (Dua Musuh Turunan, è??è¹¤ä¿ å½±éŒ„), Liang Yusheng ***

April

21:
Rindu Rasul, Jalaluddin Rakhmat **

16:
Dragons of Spring Dawning,
Margaret Weis &
Tracy Hickman **

13:
Girl with a Pearl Earring,
Tracy Chevalier ****

4:
Soh Sim Kiam (Pedang Hati Suci, 連城訣), Jin Yong ***

Maret

26:
The Gift of Fear,
Gavin de Becker ***

23:
Gajahmada,
Langit Kresna Hariadi ****

5:
Senyuman Dewa Pedang (�神一笑), Gu Long ***

2:
Dragons of Winter Night,
Margaret Weis &
Tracy Hickman **



Februari

12:
In Other Words,
Mona Baker *****

6:
Dimsum Terakhir,
Clara Ng ***

3:
The Final Empire: Mistborn 1,
Brandon Sanderson *****

Bacaan tahun-tahun lalu:
2007,
2006-2005

Siiip… para cowok lebih bagus minggu ini. Banyak yang jazzy neh.

Kali ini aku paling suka penampilan
Chris Sligh. Lagunya asik, aransemennya bagus, nyanyinya penuh perasaan (lagunya dipersembahkan untuk istrinya).
Sundance Head finally redeems himself. Meskipun lagunya agak berulang, tapi fun dan serasa dia mencurahkan dirinya ke dalam lagu.
AJ Tabaldo memang bagus. Seperti Brandon minggu lalu, dia mengawali lagu dengan tempo lambat (yang menurutku agak kepanjangan), lalu berganti dengan tempo cepat, tapi dia jauuuh lebih bagus daripada Brandon. Tempo lambatnya bagus, ngga seperti sekadar bagian untuk dilewati, di tempo cepatnya juga suaranya terkontrol dengan baik.

Chris Richardson always puts so much energy into his songs, penonton jadi ikut bersemangat juga.
Blake Lewis sepertinya akan selalu tampil menarik, bisa menguasai panggung, ditambah lagi ada scat di tengah-tengah, tapi kontrol suaranya kurang. Minggu lalu di lagu lambat aja dia ada yang fals, dan sekarang di tempo cepat lebih lepas lagi kendalinya. Suara
Nick Pedro yang smoky emang enak didengar, dan sekarang tidak fals seperti minggu lalu, tapi tetap ada something missing. Apalagi di kepalaku terngiang-ngiang Paris Bennett dari season lalu, yang menyanyikan lagu yang sama dengan sangat bagus.

Sanjaya Malakar menurutku ngga jelek deh. Kenapa ya ketiga juri itu keras banget sama dia? Suaranya unik dan tidak fals. Memang sih kurang power dan nyanyinya seperti malu-malu, tapi kan ngga perlu dicacatin seperti itu.
Jared Kotter lebih bagus daripada minggu lalu, lebih forceful, dan suaranya bagus, tapi rasanya ngga ada yang unik. Biasa aja.
Phil Stacey ini men-"datar"-kan penampilannya minggu lalu. Kalau dulu di bagian depan dia jelek dan di belakang bagus, sekarang sepanjang lagu sedeng-sedeng aja. Ngga ada yang menyedot perhatian.

Brandon Rogers menyanyikan salah satu lagu favoritku, "Time after Time", tapi lagi-lagi aku ngga terkesan sama penampilannya. Jadi inget Anwar Robinson. Kita tahu mereka bisa nyanyi, tapi entah kenapa mereka ngga bisa membawa kemampuan itu ke panggung.

Saya cukup sering menerima email yang menanyakan cara merintis karier sebagai penerjemah lepas (freelance translator), jadi saya pikir-pikir, mungkin ada manfaatnya kalau saran yang saya berikan kepada mereka ditayangkan juga di sini. Mohon dicatat, penjelasan di bawah ini hanya berlaku untuk penerjemah lepas bagi penerbit, alias penerjemah buku. Untuk penerjemah jenis lain, silakan lihat paragraf terakhir.

Nah, langkah pertama untuk menjadi penerjemah buku adalah
mengirim lamaran ke berbagai penerbit, yang terdiri atas surat lamaran, CV, dan contoh terjemahan (disertai fotokopi naskah asli yang diterjemahkan). Lamaran bisa ditulis dalam Bahasa Indonesia saja, meskipun tidak dilarang juga kalau mau pakai bahasa sumber. Tidak masalah. Sebaiknya kita memilih penerbit yang menerbitkan buku-buku yang kita minati. Jangan melamar ke penerbit buku bisnis kalau kita tertarik menerjemahkan novel, misalnya.

(Catatan tambahan karena banyak yang bertanya: saya tidak tahu penerbit mana saja yang memerlukan penerjemah, sama seperti saya tidak tahu perusahaan mana yang sedang membutuhkan akuntan, sekretaris, insinyur, sopir, atau lowongan apa pun. Untuk mengetahui ada-tidaknya lowongan di suatu perusahaan, tentunya harus cari informasi dari perusahaan bersangkutan, baik lewat koran, milis mereka, milis profesi penerjemah, dan cara lain. Saya sendiri penerjemah lepas, bukan karyawan di penerbit, jadi tidak tahu urusan-dalam penerbit.)

Dalam
surat lamaran, kita menyatakan keinginan untuk bekerja sama dengan penerbit sebagai penerjemah lepas. Sebagaimana surat lamaran lainnya, sebaiknya di sini kita menceritakan hal-hal yang menunjukkan bahwa kita memang mampu menerjemahkan (pengalaman menerjemahkan, pengalaman menulis, nilai TOEFL, kuliah sastra, kursus bahasa, pernah tinggal di luar negeri, pokoknya apa pun yang bisa menunjukkan kemampuan kita).

Sebagai tambahan, kita bisa juga menyebutkan
minat dan
kelebihan kita sebagai penerjemah. Kemampuan berbahasa asing lebih dari satu tentunya adalah nilai plus. Kita juga sebaiknya menyebutkan jenis buku apa yang kita minati dan bidang apa saja yang kita kuasai, bahkan hobi yang kita dalami. Dengan demikian, penerbit akan memilihkan buku yang sesuai dengan kemampuan kita.

Contoh terjemahan yang disertakan seyogyanya mencerminkan bidang yang kita minati. Pilih buku yang akan menonjolkan kemampuan terjemahan kita. Contoh terjemahan ini tidak perlu banyak-banyak, 5-10 halaman terjemahan juga cukup (A4, Times New Roman 12 pt, 2 spasi). Kalau kagok, ya boleh juga diteruskan sampai 1 bab. Tapi sebenarnya dari 5-10 halaman pun, kualitas seorang penerjemah sudah dapat dinilai.

Buatlah contoh terjemahan sebaik-baiknya sebab, meskipun surat lamaran dan CV bisa memberi gambaran umum tentang potensi kita, tetap saja bukti kemampuan itu terletak pada hasil terjemahan. Keterampilan kita inilah yang dibutuhkan penerbit, bukan gelar atau nilai TOEFL. Kalau sudah pernah ke luar negeri, tetapi hasil terjemahan belepotan, ya tetap saja kita tidak akan diterima sebagai penerjemah lepas. Sebaliknya, meskipun belajar bahasa secara otodidak, misalnya, asalkan hasil terjemahannya bagus, tentunya penerbit akan dengan senang hati memberikan order kepada kita.

Satu hal yang perlu diingat, biasanya penerbit sudah memiliki jaringan penerjemahnya masing-masing, terutama penerbit besar. Kalau mereka punya naskah baru, tentunya mereka akan mengorderkan naskah tersebut kepada jaringan mereka. Kalau mereka memiliki surplus naskah, barulah mereka mencoba para penerjemah baru. Jadi ya mungkin kita harus menunggu cukup lama juga untuk mendapatkan order terjemahan.

Untuk mengatasi hal ini, ada juga kiat lain. Kita bisa saja
menawarkan buku kepada penerbit. Barangkali ada buku milik kita yang menurut kita bagus dan layak diterjemahkan, atau kita cari sendiri ke Internet. Nah, contoh terjemahan yang disertakan bisa diambil sekalian dari buku ini. Selain itu, kita juga harus menyertakan evaluasi kita terhadap buku tersebut, yang menguraikan mengapa buku ini layak diterjemahkan, apa saja keunggulannya, keunikannya, mengapa buku ini penting bagi pembaca di Indonesia. Nah, kalau si penerbit tertarik, dia yang akan menguruskan copyrightnya, dan kalau urusan itu beres, secara etika, dia akan mengorderkan terjemahannya kepada kita (tentu saja kalau kualitas terjemahan kita dianggap layak).

Untuk berkarier sebagai penerjemah, kita tidak memerlukan
lisensi atau
sertifikasi tertentu. Kalau mau, kita boleh saja menjadi penerjemah tersumpah, dengan cara mengikuti tes yang diadakan oleh Pusat Penerjemahan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (Tlp: 021-31902112), khusus untuk yang ber-KTP Jakarta. Namun, status tersumpah ini sebenarnya lebih diperlukan untuk penerjemahan hal-hal yang berkaitan dengan hukum, untuk menjamin bahwa terjemahannya memang benar dan sesuai dengan asilnya, sehingga dokumen terjemahannya memiliki kekuatan hukum yang sama dengan teks aslinya.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah selain mencari pekerjaan, kita juga harus
mempersiapkan diri menjadi penerjemah. Selain keterampilan kita sendiri, kita juga perlu alat bantu menerjemahkan. Minimal kita harus punya KBBI, kamus Inggris-Indonesia, dan kamus Inggris-Inggris. Selain itu, bergabunglah ke milis
bahtera@yahoogroups.com, forum untuk penerjemah dari dan ke Bahasa Indonesia. Di milis ini kita bisa berdiskusi tentang penerjemahan, dan kadang diadakan temu bahtera dan lokakarya yang bermanfaat bagi penerjemah pada umumnya. Internet juga merupakan sumberdaya bagus untuk meriset istilah atau konsep asing yang kita temukan dalam terjemahan kita.

Selain melamar ke penerbit, kita juga bisa mencari order terjemahan ke tempat-tempat lain, seperti perusahaan, stasiun televisi, pengadilan, dan
biro penerjemahan luar negeri. Menerima order terjemahan dari biro penerjemahan luar negeri sebenarnya lebih menguntungkan, karena tarifnya bisa 10-20 kali lipat daripada tarif penerbit lokal. Kalau mau menjajaki ini, cobalah kunjungi
TranslatorsCafe dan
ProZ. Di situ kita bisa memajang profil kita dan mencari jobs yang ditawarkan. Di TranslatorsCafe juga ada beberapa artikel tentang meniti karier dalam bidang penerjemahan.

Dulu, kenapa ya aku milih untuk menulis ulang dongeng Calon Arang?

*mengingat-ingat*

Waktu itu aku baru selesai menulis
Panah Patah Sangkuriang (PPS). Ada beberapa dongeng yang waktu itu dipertimbangkan. Pengen bikin Jaka Tarub karena baru nonton
Ayashi no Ceres (jangan baca komiknya, rada vulgar. animenya lebih mendingan. cerita ini menarik dalam cara mengembangkan dongeng Jepang yang mirip Jaka Tarub). Pengen bikin Lutung Kasarung, kayaknya menarik menggali watak ketujuh bersaudara dari Purbararang hingga Purbasari, tapi twist ceritanya sendiri belum kepikir. Pengen bikin Keong Mas, tapi kayaknya ceritanya pendek banget, sedangkan aku pengen bikin cerita yang lebih panjang daripada PPS.

Nah, kalo dongeng Calon Arang ini sebenernya aku baru kenal belakangan. Pertama kali lihat di TV, di salah satu kartun yang disponsori Dancow. Setelah itu, baca dongeng versi Pramoedya Ananta Toer. Calon Arang juga disebut-sebut dalam
Wiracarita Adi Cenik karya Agustrijanto. Sepertinya Calon ini plotnya cukup panjang, memuat beberapa adegan penting. Akhirnya kuputuskan aku mau mengangkat dongeng ini untuk bukuku yang kedua.

Kembali ke
Seputar Galau Putri Calon Arang


Arsip