Rak Buku Femmy

Archive for the ‘Bookaholism’ Category

Setelah absen tiga tahun, pada tahun 2012 ini aku ingin melanjutkan kegiatan merangkum bacaan setahun karena ada beberapa hal yang ingin kucatat.

The Book Depository

Pertama, jumlah buku yang kubaca tahun ini 62 judul–kenaikan drastis setelah selama lima tahun sebelumnya hampir selalu hanya 30-an judul. Kenaikan ini berkaitan langsung dengan perkenalanku pada awal tahun 2012 dengan toko buku online The Book Depository yang menggratiskan ongkos kirim.

Gratis ongkos kirim! Selama ini aku jarang memesan buku dari Amazon karena ongkos kirimnya mahal, hampir setara dengan harga bukunya sendiri. Namun, sejak mengenal The Book Depository, aku bisa lebih leluasa berbelanja buku. Biasanya aku memesan satu per minggu, supaya buku itu bisa selesai kubaca sebelum yang berikutnya datang.

Ternyata, membaca buku yang memang sedang ingin dibaca–bukan sekadar menghabiskan utang bacaan yang menumpuk–sangat meningkatkan kecepatan membaca. Sejak menyadari hal ini, aku memutuskan tidak akan lagi memborong buku, yang hanya akan menumpuk utang bacaan dan menambah beban pikiran. Lebih baik membeli satu per satu dan menikmati setiap buku itu.

Nonfiksi ilmu pengetahuan

Sebenarnya semasa kecil aku senang membaca buku tentang ilmu pengetahuan. Bahkan, menurut ibuku, aku membaca buku pelajaran IPA dari depan sampai belakang seperti buku cerita. Tetapi, setelah berkenalan dengan novel, tampaknya minat bacaku beralih. Meski ketertarikanku pada ilmu pengetahuan tetap ada (sehingga memilih A1 di SMA dan jurusan Teknik Kimia semasa kuliah), aku tak pernah lagi membaca buku dengan tema ini.

Nah, akhir-akhir ini aku sering menemani suami menonton saluran televisi dokumenter. Program tentang ilmu pengetahuan, misalnya Chemistry dan Atom, membangkitkan kembali minatku pada tema ini. Jadi, pada awal tahun ini aku membaca Time’s Pendulum yang sudah lama terlupakan di rak buku, dan ternyata aku masih menikmati nonfiksi seperti ini.

Aku pun mulai mencari-cari buku apa lagi yang kira-kira menarik. Namun, karena nonfiksi biasanya lebih mahal daripada novel, aku harus lebih berhati-hati mencermati tema dan gaya bertutur si penulis, agar tidak salah pilih buku.

Fiksi vs. nonfiksi

Meskipun aku semakin tertarik pada nonfiksi, ternyata secara keseluruhan aku masih lebih banyak membaca fiksi. Nonfiksi yang kubaca hanya 11 judul (18%), sementara 51 judul lainnya (82%) adalah fiksi. Mudah-mudahan tahun depan jumlah nonfiksi bisa lebih banyak.

Untuk fiksi, aku masih sering membaca buku dalam genre favoritku, fantasi, sebanyak 19 judul. Tetapi, kini aku sudah merasa nyaman juga membaca di luar genre ini, membaca 14 judul genre umum, 12 judul fiksi islami (FLP), 4 novel horor, dan 2 cerita silat.

Penulis Indonesia vs. asing

Jumlah buku karya lokal yang kubaca tahun ini sebanyak 21 judul (34%). Lumayan deh. Sebagian besar (12 judul) adalah karya lama teman-teman FLP. Tiga judul lain kupilih karena penulisnya memiliki karya yang pernah dinominasikan untuk Khatulistiwa Literary Award. Aku masih mencoba memanfaatkan nominasi KLA sebagai panduan memilih buku. Di antara tiga itu, dua sangat kusukai, hanya satu saja yang kurang cocok dengan seleraku. Tampaknya tahun depan aku akan mencoba beberapa novel KLA yang lain.

Daftar bacaan 2012 dapat dilihat di sini.

Tahun ini aku membaca 32 buku, naik sedikit dari tahun lalu yang hanya 30 buku. Lagi-lagi gagal mencapai target membaca empat buku per bulan. Hiks.

Kalau dilihat polanya, sepertinya ini berkaitan dengan pekerjaanku menerjemahkan. Akhir-akhir ini kecepatanku menerjemahkan buku menurun, terutama karena sering terselang terjemahan dokumen–waktu yang dipakai untuk terjemahan jenis ini sebenarnya tidak banyak, tapi aku kadang kesulitan masuk kembali ke suasana menerjemahkan buku. Akibatnya, setiap beberapa bulan, aku harus mengejar tenggat dan mengurangi waktu membaca. Aku mengejar terjemahan Jonathan Strange & Mr Norrell jilid 2 pada bulan Februari, lalu jilid 3 pada bulan Mei. Mulai bulan Juli aku keranjingan Skritter, situs web untuk berlatih aksara Mandarin, sehingga sebagian besar waktu luang dipakai untuk berlatih, bukan membaca. Akhir tahun lagi-lagi aku mengejar terjemahan, kali ini The Eye of the World. Entah kenapa, tahun ini aku kebagian novel tebal-tebal. JSMN 1000-an halaman, sedangkan tEotW 800 halaman. Awal tahun ini pun menangani buku hampir 600 halaman.

Tahun ini aku melanjutkan penjatahan bacaan yang dimulai tahun lalu, yaitu setiap empat buku yang dibaca, keempat itu harus terdiri atas satu novel fantasi, satu nonfiksi (biasanya tentang agama atau bahasa), satu karya penulis Indonesia, dan satu bebas (biasanya fiksi karya penulis asing).

Fantasi

Fiksi penulis Indonesia

Fiksi penulis asing, non-fantasi

Islam

  • Quantum Ikhlas, Erbe Sentanu ***
  • 111 Teladan sang Khalifah, Rachmat Taufiq Hidayat ***
  • Aqidah Islam, Sayid Sabiq ***
  • Kenapa Kita Islam, Dr. Yusuf Qardhawi **

Bahasa

  • Tersesat Membawa Nikmat, Bahterawan ***
  • Translation, Zuchridin Suryawinata & Sugeng Hariyanto ****
  • Santun Bahasa, Anton M. Moeliono ***

Nonfiksi lain
That’s All,
Tami “Pepeng” Ferresta ****

Asyik! Tahun baru! Tiba saatnya untuk mengerjakan kegiatan favoritku: Mendata bacaan setahun lalu! Tentu saja paling pas jika ini dimulai dengan angka:

  • Judul yang dibaca tahun 2008: 30
  • Judul yang dibaca tahun 2007: 44
  • Judul yang dibaca tahun 2006: 27

Jumlah bacaanku tahun ini menurun dari tahun 2007. Sungguh menyedihkan. Padahal targetku sebulan empat buku. Ini kira-kira seminggu satu buku, dengan pertimbangan satu buku bisa dibaca dengan mencicilnya sepanjang minggu dan diselesaikan pada akhir pekan. Ternyata ada saja kegiatan lain yang menyita perhatian, baik kegemaran nonton serial televisi atau kesibukan pindah rumah pada pertengahan tahun, atau memang ada buku tebal yang membacanya memakan waktu panjang. Dari analisis tahun 2007, terungkap bahwa aku jarang membaca karya anak bangsa ataupun buku nonfiksi untuk menambah ilmu. Maka, untuk tahun 2008, aku berencana menjatah jenis buku yang kubaca setiap bulannya, sebagai berikut:

  • Fantasi. Ini genre favoritku, tapi buku yang belum dibaca masih menumpuk. Aku ingin segera menghabiskannya, supaya bisa menentukan seri mana yang layak dilanjutkan dan mana yang tidak, juga bisa membeli novel fantasi baru tanpa merasa bersalah karena ada buku yang belum dibaca.
  • Nonfiksi. Ini berselang-seling antara buku agama dan buku bahasa atau penerjemahan. Buku agama juga menumpuk di rumah, hasil kekalapan di beberapa pameran buku.
  • Karya orang Indonesia. Ini berselang-seling antara buku karya teman FLP dan buku Indonesia lain.
  • Bebas. Untuk yang ini, biasanya aku membaca cerita silat atau fiksi non-Indonesia.

Mari kita lihat, seberapa berhasil rencana ini.

Penulis

  • Penulis asing: 19 judul (63%, 3 terjemahan dari bahasa Mandarin, 1 bahasa Inggris)
  • Penulis lokal: 11 judul (37%)

Lumayan, kan? Persentase karya penulis Indonesia naik dua kali lipat dari tahun lalu. Asyik juga, akhirnya aku bisa menyempatkan diri membaca beberapa buku Indonesia yang sebenarnya sudah ingin kubaca sejak lama, seperti Gajahmada karya Langit Kresna Hadi, Istana Kedua karya Mbak Asma, dan Hafalan Sholat Delisa karya Tere Liye, yang ketiga-tiganya tidak mengecewakan.

Genre

  • Nonfiksi: 7 judul (23%)
    • Bahasa: 5 judul (17%)
    • Agama: 1 judul (3%)
    • Lain-lain: 1 judul (3%)
  • Fiksi: 23 judul (77%)
    • Fantasi: 6 judul (20%)
    • Cersil: 3 judul (10%)
    • Lain-lain: 14 buku (47%)

Persentase nonfiksi juga meningkat, hampir lima kali lipat. Dan aku merasa ilmuku bertambah dengan membaca buku-buku tersebut. Sayangnya, ada dua buku agama yang menjadi buku mogok, mungkin karena bukunya tebal sehingga aku merasa agak jenuh. Mungkin sebaiknya tahun 2009 ini aku membaca buku agama yang tipis-tipis saja dulu. Yang penting, tumpukan buku harus dikikis dulu.

Persentase novel fantasi kian menurun, karena memang jatahnya dikurangi. Tapi, entah kenapa, aku tidak merasa rindu padanya seperti tahun lalu. Mungkin selera membacaku mulai berubah, dan aku mulai tertarik dengan fiksi di luar genre ini. Entahlah, kita lihat saja kecenderungannya tahun 2009 ini.

Tahun 2008 aku juga mulai membaca cerita silat lagi. Sekali lagi, sudah lama aku berniat melahap koleksi cersil suamiku, tetapi tak pernah menyempatkan diri karena koleksi bukuku sendiri masih belum habis dibaca. Dan sekali lagi, berkat penjatahan, akhirnya aku bisa menikmati lagi genre yang dulu kugandrungi ini.

7 Judul Favorit

  • The Final Empire: Mistborn 1, Brandon Sanderson. Novel fantasi yang unik dan segar.
  • In Other Words, Mona Baker. Buku tentang penerjemahan yang terperinci dan bermanfaat.
  • Hafalan Shalat Delisa, tere-liye. Novel tentang tsunami Aceh yang polos dan menyentuh.
  • Jovah’s Angel, Sharon Shinn. Perumpamaan menarik tentang Tuhan.
  • Gajahmada, Langit Kresna Hariadi. Novel sejarah Indonesia yang patut diapresiasi.
  • Girl with a Pearl Earring, Tracy Chevalier. Terpukau oleh idenya.
  • Istana Kedua, Asma Nadia. Penokohan dan bahasanya asyik.

Penutup

Agaknya rencana penjatahan yang kususun tahun lalu cukup berhasil meningkatkan keragaman bacaan, meskipun belum sempurna. Pola ini akan kulanjutkan tahun ini.

Sepertinya asyik juga kalau bacaan setahun lalu dilihat-lihat lagi dan sedikit dikomentari, seperti yang dilakukan The Gypsy Librarian (kebetulan kutemukan saat mencari info tentang sebuah buku. Sebagai penggemar data-mendata, tentu saja aku tak sabar menunggu tibanya tahun baru supaya bisa mendata bacaanku!).

Nah, mari kita mulai dengan angka:

  • Judul yang dibaca tahun 2007: 44 (3,6 judul per bulan)
  • Judul yang dibaca tahun 2006: 27
  • Judul yang dibaca tahun 2005: 22

Lumayan juga ya, ada peningkatan. Semangat membacaku memang bertambah akhir-akhir ini. Mendapat suami yang hobi membaca, aku jadi terkenang masa-masa ketika aku juga tak pernah lepas dari buku ke mana pun aku pergi, maka aku bertekad meraih kembali masa itu. Selain itu, situs goodreads juga menambah semangat, terutama dalam upaya mengikis gunung buku yang telah kutimbun beberapa tahun terakhir. Baca entri selengkapnya »

Inilah daftar seri fantasi yang sudah selesai kubaca. Selain daftar ini, aku juga membuat daftar seri yang belum tamat (baik belum tamat ditulis si pengarang maupun belum tamat kubaca).

Daftar ini kubuat untuk melacak seri fantasi apa saja yang kuikuti perkembangannya. Aku sering lupa sih, karena pertama, buku dalam satu seri tentunya tidak terbit sekaligus, dan kedua, aku biasanya membeli buku pertama dulu untuk menilai apakah aku perlu membaca lanjutannya, tetapi kemudian setelah beberapa waktu berlalu, aku malah lupa melanjutkan. Apa lagi, setiap ada seri baru, selalu ada godaan untuk membeli, meskipun aku belum selesai membaca seri yang sudah lebih dulu diikuti.

Mudah-mudahan, dengan adanya daftar ini, pola pembelian buku fantasiku bisa lebih terstruktur.

Seri yang menunggu lanjutannya terbit

Seri yang ingin dibeli lanjutannya

Seri yang sedang dibaca

Seri yang saat ini belum ingin dilanjutkan

Drunk on books, of course! Yesterday and today I’ve received seven books in the mail! Yay! Three mooched books and four ordered from Amazon.

Receiving them and buying them in a store just don’t feel the same, don’t you think? If you buy a book in a store, you’ve already looked at the book, touched it, felt it, carried it to the cashier–you know what you’re gonna get when you pull it out of the shopping bag. But opening the package, taking it out, holding it for the first time, there’s a special sort of excitement in that for me.

I haven’t ordered books in a long time, especially heroic fantasy novels, due to the many, many unread books I have on my shelves, which I feel obligated to finish reading before I buy any more. But my husband encouraged me to buy any books I want from Amazon, so I went ahead and ordered some.

And now I don’t know which one to read first! I’m curious about The Amulet of Samarkand because I’ve read the first few pages on Amazon and it’s hilarious! But The Song of Ice and Fire is one of my favorite series of all time, and I want to read the latest installment, A Feast for Crows. But I want to read Filosofi Kopi, too, because I love Dee’s Supernova series. And then there’s The No. 1 Ladies’ Detective Agency, too; The Sunday Philosophy Club was so funny!

Truly, I’m feeling a little dizzy right now…


Arsip